Gatot Cermin

Tutorial, Tips, Informasi, Blogging

Ads Here

Selasa, 19 Maret 2013

Man Jadda Wajada

gatot cermin

Man Jadda Wajada

Ada sebuah pepatah Arab yang sudah tidak asing bagi kita, Man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh melakukan sesuatu dia akan mendapatkannya. Siapa yang menginginkan sesuatu maka dia harus bersungguh-sunguh untuk mendapatkannya dengan usaha keras, kerja cerdas dan doa, insya Allah dia akan mendapatkannya.
Konon ada seorang pemuda yang datang kepada Sokrates dan berkata, “Saya ingin mengetahui segala yang Engkau ketahui”.
“Kalau memang begitu keinginanmu”, kata Sokrates, “Ayo ikut aku ke sungai”.
Dengan penuh rasa ingin tahu, sang pemuda mengikuti Sokrates ke sebuah sungai. Ketika mereka sedang duduk di tepi sungai, tiba-tiba Sokrates berkata “coba lihat baik-baik sungai ini. Apa yang engkau lihat?”.
“Saya tidak melihat apa-apa”, kata sang pemuda.
“Lihatlah lebih dekat lagi”, kata Sokrates.
Ketika pemuda itu mencodongkan dirinya ke arah sungai, tiba-tiba Sokrates membenamkan kepala pemuda itu ke dalam air sungai. Pemuda itu meronta-ronta, namun cengkeraman Sokrates yang kuat membuat kepalanya tetap terendam. Ketika pemuda itu sudah tidak tahan lagi, barulah Sokrates menariknya dan membaringkannya di tepi sungai.
Sambil terbatuk-batuk dengan napas tersenggal, pemuda itu mengomel, “Bapak sudah gila ya? Mau membunuh saya ya?”
“Ketika kepalamu terbenam tadi, apa yang paling kamu inginkan?” tanya Sokrates.
“Ya mau bernapas-lah!” sentak sang pemuda.
“Jangan pernah keliru menganggap hikmah itu sudah datang, anak muda”, kata Sokrates. “Kalau kamu memang sungguh ingin belajar seperti kamu ingin bernapas barusan, baru cari saya kembali…”.
Ketika Siti Hajar menginginkan air untuk anaknya, Ismail, beliau tidak tidak berpangku tangan ataupun menyerah dengan keadaan alam yang tidak memungkinkan. Siti Hajar tetap berusaha berlari dari bukit shafa ke bukit marwa berkali-kali. Tidak hanya berusaha mendapatkan air dengan berlari bolak-balik dari kedua bukit tersebut, tetapi beliau juga menyerahkan sepenuhnya kepada Allah, Sang penentu segala sesuatu. Peristiwa ini yang di kemudian hari dinamakan Sa’i sebagai salah satu ritual ibadah haji.
Jika tidak sungguh-sungguh, mau apa lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar